ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Herlina Kasim Trikora |
Herlina Kasim si Pending Emas. Sebenarnya saya sudah lama
mendengar akan seorang pejuang wanita hebat dinegeri ini, yang mempertaruhkan
jiwa dan raga demi kejayaan negeri tercinta ini. Yang membuat saya penasaran
karena cerita Kakak saya tentang kehebatan kebeliau. Saya akhirnya tanya
mbah google tentang beliau, sepak terjang beliau selama ini. Saya mengetahui
kenapa beliau mendapat julukan si pending emas dan kegiatan beliau saat ini,
menjelang masa pensiun, dan informasi dari sahabat kakak saya bernama Peter D
warga negara dari Deutsch Jerman (Anak Mantu) atau suami dari ibu Subiati keluarga ibu Herlina Kasim.
Dan kebetulan kakak saya saat ini ada kegiatan dengan Peter
D yang dari Jerman tersebut terkait dengan pekerjaan dan project yang sedang di
kerjakan di Jakarta dan Bandung, kakak saya berjanji jika liburan nanti dan ada
waktu senggang akan mengajak Peter D berkunjung ke rumah saya yang jauh dari
kota sebuah desa pesisir (pantai Bagedur) Desa Malingping, Kecamatan Bayah
Prov. Banten. Dengan begitu saya bisa mendapatkan lagi informasi mengenai
Beliau yang hebat, seorang wanita yang gagah berani simbol akan kehebatan sosok
wanita setelah era RA. Kartini. Namun saya sangat berharap ada kesempatan untuk
dapat berjumpa langsung dengan beliau [Ibu Herlina Kasim]
Herlina
Kasim Trikora
Herlina Kasim mungkin satu-satunya perempuan Indonesia
di jaman modern yang paling berani dan bisa dijadikan “role model” bagi
remaja-remaja jaman sekarang, terutama putri-putrinya. Bagaimana tidak ? Di
tahun 1963-an Herlina yang waktu itu mungkin umurnya masih belasan, setara anak
SMA jaman sekarang, sudah berani diterjunkan di hutan rimba dan rawa buas di
Pulau Irian, dalam rangka merebut Irian Barat dari tangan Belanda (FYI, seluruh
Indonesia sudah merdeka 17 Agustus 1945, diakui kemerdekaannya oleh dunia
internasional Desember 1949, kecuali wilayah Irian Barat yang masih dikuasai
Belanda sampai tahun 1962)..
Herlina pun bergabung dengan pasukan RPKAD (Kopassus
sekarang) bersama Letnan dr. Ben Mboy dan Letnan Benny Moerdhani. Dan Herlina
Kasim adalah pasukan cewek pertama yang terjun di hutan belantara Irian Barat,
mungkin dekat dengan kota Merauke sekarang…
Atas keberanian Herlina Kasim, sepulang Herlina ke Jakarta,
Presiden RI Ir. Soekarno pun memberinya hadiah berupa emas yang berbentuk
seperti “kendi kecil” yang disebut “pending” yang beratnya sekitar 1-2 kg
(untuk jelasnya berapa berat pending emas tersebut, tanyalah pada ahlinya).
Sejak itu, namanya menjadi “Herlina Kasim, si Pending Emas”..
Herlina
Kasim Pejuang Wanita
Herlina waktu mudanya juga cantik jelita, raut mukanya
antara Cici Paramida dengan Sabria Kono di jaman sekarang : yaitu putih,
cantik, dengan dagu yang seperti lebah menggantung. Bahkan waktu saya SD, wajah
Herlina Kasim dijadikan wajah salah satu mata uang kertas rupiah yang berwarna
merah menyala, tapi saya lupa nilai nominalnya. Seingat saya sih kalau nggak Rp
100 ya Rp 1000 (sorry ya, sulit ngingatnya, soalnya mata uang kita nilainya
suka naik turun nggak karuan)..
Demikian tambahan cerita bagi si Pending Emas. Kalau nggak
salah, di tahun 1970an Herlina Kasim sudah tidak jadi tentara wanita lagi alias
sudah pensiun. Sempat mendirikan klub sepakbola peserta Galatama di akhir
1970an dan awal 1980an yang bernama “Karina” (benarkah ?) yang bermarkas di
Cijantung…
Kalau saat ini di tahun 2009 sudah ada Kowad yang
berpangkat Brigadir Jenderal, ada Kowal yang berpangkat Brigadir Jenderal, dan
ada Wara yang berpangkat Brigadir Jenderal, dan ada Kapolda Banten yang Polwan
dengan pangkat Brigadir Jenderal, tentulah itu berkat perjuangan RA Kartini dan
mungkin oleh “role model” yang dijalani oleh Herlina Kasim…
Herlina Kasim sendiri tidak sampai berpangkat bintang satu
seperti itu, tapi namanya tetap terpatri harum di setiap dada rakyat Indonesia
yang masih mengenangnya… [sumber: tiwahjono]
Beliau adalah salah satu pejuang perempuan yang terlibat
langsung dalam operasi Trikora (Tri Komando Rakyat) dalam Komando Mandala yang
dipimpin oleh Mayjen Soeharto. Operasi ini atas perintah langsung dari Presiden
Pertama Indonesia Bapak Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 di kota
Yogyakarta yang isinya
1. Gagalkan
berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda
2. Kibarkan
sang Merah Putih di Irian Jaya tanah air Indonesia.
3. Bersiap
melaksanakan mobilisasi umum.
Trikora muncul karena adanya kekecewaan dari pihak
Indonesia yang terus-terusan gagal dalam upaya diplomasi melalui beberapa
perundingan dengan Negara Belanda untuk mengembalikan Irian Barat yang secara
sepihak yang diklaim oleh Belanda bahwa itu adalah wilayahnya.
Ketika pada tahun 1961 Presiden Ir. Soekarno mengobarkan
semangat Trikora, Herlina pada waktu itu berada di Maluku sebagai pendiri
Mingguan Karya yang berkantor di Ternate, karena inilah hati dan jiwa Herlina
merasa terpanggil dan mendaftar sebagai salah seorang sukarelawati di wilayah
Kodam XIV Pattimura yang sekarang menjadi Kodam XVI/Pattimura.
Kodam Pattimura merupakan salah satu bagian dari Komando
Mandala dan operasi Trikora, oleh karena itu Herlina pun diterjunkan untuk
melakukan operasi infiltrasi dan operasi gerilya di rimba belantara Irian Barat
bersama 20 orang sukarelawan.
Setelah beberapa kota penting di Irian Barat berhasil
dikepung operasi-operasi infiltrasi termasuk dengan penerjunan Herlina,
akhirnya sekutu-sekutu belanda mengetahui hal tersebut bahwa Indonesia tidak
main-main untuk merebut kembali Irian Barat. Atas desakan Amerika Serikat,
Belanda bersedia menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui Persetujuan
“New York Agreement”. Sesuai dengan perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei
1963 berlangsung upacara serah terima Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah
Republik Indonesia. Upacara
berlangsung di Hollandia (Jayapura). Dalam
peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan berkibarlah merah putih yang menandai
resminya Irian Barat menjadi provinsi ke 26. Nama Irian Barat diubah menjadi
Irian Jaya namun sekarang telah diubah lagi menjadi Papua.
Herlina dilahirkan di Malang, Jawa Timur, pada tanggal 24
Februari 1941. Pendidikan SD di Malang (1953), SMP di Jakarta (1956), SMA di
Jakarta (1959), Pendidikan Militer Korps Wanita Angkatan Darat (1963-1964),
Pendidikan Atase Pers Departemen Luar Negeri. Riwayat pekerjaannya ialah
sebagai Pegawai Departemen Pertanian di Jakarta (1955-1956), Anggota Militer
Korps Wanita Angkatan Darat (1964), Pegawai Departemen Luar Negeri (1964),
diperbantukan Departemen Luar Negeri untuk Operasi Khusus, Komandan Batalyon
Sukarelawati Dwikora (1964). Bersama para pejuang Trikora, Herlina dianugerahi
tanda jasa oleh Presiden Ir. Soekarno berupa Pending Emas, sebuah ikat pinggang
dari emas murni seberat 500 gram plus uang Rp. 10 juta. Tetapi semua hadiah itu
ditolaknya karena katanya “Saya berjuang untuk bangsa dan negara, bukan mencari
hadiah.[kodam17cendrawasih.mil.id]
Selepas masa Trikora, pada tahun 1965 Herlina mendapat
tugas dari satuan Opsus (Operasi Khusus) Departemen Luar Negeri untuk
menerbitkan surat kabar koran Berita Harian palsu yang akan disebarkan di
semenanjung Malaya bersama Taguan Harjo, pelukis komik terkenal dari Medan yang
saat itu bekerja di seksi penerbitan Staf Pempen (Pembangunan dan Penampungan)
Daerah Militer II Bukit Barisan sebagai pemimpin redaksi. Koran itu dipilih
karena di samping populer di Malaysia juga memakai huruf Latin hingga tidak sulit
ditiru. Isi koran palsu yang diterbitkan akhir September 1965 itu hampir
seluruhnya propaganda anti pembentukan Malaysia. “Semuanya telah ditentukan
oleh ‘kantor pusat’ di Jakarta,” cerita Herlina. Urusan penyebaran menjadi
tugas Herlina. Untuk mengangkutnya ke Malaysia dipakai enam buah tongkang ikan
yang masing-masing berisi lima “nelayan”. Saya sendiri ikut ke Pontian (sebuah
pelabuhan kecil di Perak, Malaysia),” kisah Herlina pada majalah Tempo Edisi.
25/XI/22 – 28 Agustus 1981 (tempointeractive.com).
Herlina
Kasim Tokoh Wanita Pejuang
Kabar terakhir tentang sukarelawati Trikora ini adalah pada
saat menghadiri Peringatan 50 Tahun Trikora pada tanggal 19 Desember 2011 lalu,
dimana beliau mengusulkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan
DPR agar mengembalikan nama Papua saat ini menjadi Irian kembali. Nama Irian
mengingatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah final bagi
rakyat Irian. Sebab hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan arsip-arsip yang
ada bahwa pada tanggal 1 Mei 1963 United Nations Temporary Executive Authority
(UNTEA) menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia hingga kemudian Penentuan
Pendapat Rakyat (Pepera) pada tahun 1969. Ketika itu, mayoritas rakyat Irian
Barat memilih bergabung ke NKRI.
Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat hingga pada hari
ini masih menjadi wilayah NKRI. Apakah penggunaan nama Papua pada masa yang
akan datang menjadi ganjalan bagi rakyat Papua ? ataukah justru menjadi spirit
bagi rakyat Papua dalam membangun NKRI, ataukah kita perlu kembalikan lagi
menjadi Irian seperti kata Herlina si Pending Emas biarlah waktu yang menjawab.
0 Response to "Kisah Heroik Herlina Kasim. Wanita Tangguh dalam Operasi Trikora!"
Posting Komentar